Sunday, January 3, 2010

LUPANYA NABI ADAM AS
Oleh: Lisa Martiah Nila Puspita

Salah satu sifat dasar yang dimiliki manusia adalah sifat lupa. Hiperbolis  sifat ini berupa kelalaian. Namun ada pula kondisi dimana ’lupa’ menjadi sesuatu yang  memang disengaja. Terlepas dari dari disengaja atau tidak, sifat lupa umumnya menimbulkan permasalahan yang merugikan beberapa pihak yang terlibat.  Mulai dari  permasalahan pribadi hingga permasalahan besar yang dihadapi bangsa saat ini pada dasarnya diakibatkan sifat lupa.
Salah satu solusi yang ditawarkan Islam untuk mengatasi sifat ini adalah dengan membuat catatan.  Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surah Al Baqarah 282 yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu mengdiktekan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikit pun daripada utangnya. Jika yang berutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengdiktekan, maka hendaklah walinya mendiktekan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis utang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS.2:282.)

    Menurut Ibnu Katsir dalam kitabnya mengatakan bahwa inilah ayat yang terpanjang dari semua ayat Al Qur’an.  Ibnu Abbas ra. berkata: ” Ketika turun ayat yang mengenai utang piutang ini, tiba-tiba Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya yang pertama ingkar janji adalah Adam as.  Ketika Allah menciptakannya kemudian mengusap punggungnya dan keluar semua anak cucunya hingga hari qiyamat, dan ketika ia melihat satu persatu, terlihat padanya seorang pemuda yang tampan rupawan, lalu ia bertanya: ”Siapakah itu?” Dijawab: ”Putramu Dawud.” Ia bertanya:”Berapakah umurnya?” Dijawab: ”Enam puluh tahun.” Lalu ia berdoa: ”Ya, Allah, tambahkan umurnya”. Jawab Tuhan,”Tidak, kecuali jika dipotong dari umurmu”, sedang umur Adam seribu tahun, maka ditambahkan kepada Dawud empat puluh tahun, maka ditulis perjanjian itu dan disaksikan oleh malaikat.  Kemudian ketika Adam didatangi malaikat yang akan mencabut ruhnya, ia berkata: ” umurku masih bersisa empat puluh tahun.” Kemudian diberitahu bahwa Adam telah memberikan umurnya kepada putranya Dawud. Jawab adam: ”Tidak.” maka Allah memperlihatkan kepadanya surat catatan perjanjian dan disaksikan oleh para malaikat. (HR. Ahmad)
\
Ayat ini berupa tuntunan Allah kepada hambaNya yang beriman jika mereka dalam mu’amalah utang piutang supaya ditulis, dengan kadar tertentu, waktu yang tertentu dan mudah dalam persaksiannya.  Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya keraguan di kemudian hari.
Lupa terhadap sesuatu merupakan hal yang wajar.  Beruntunglah manusia (yang tercermin dalam kisah nabi Adam as) memiliki sifat lupa, karena apabila ia selalu mengingat detail yang ia lakukan, baik kesenangan maupun kesalahannya, maka besar kemungkinan manusia itu akan mengalami depresi akibat teringat selalu atas dosa yang dilakukannya. Daya ingatnya akan overload, termasuk apabila ia selalu ingat rasa sakit yang luar biasa yang pernah dialaminya.
Akuntansi merupakan catatan secara kronologis tentang kegiatan ekonomis dalam sebuah entitas (perusahaan)  Dengan catatan inilah, manajemen perusahaan (yang terdiri dari manusia-manusia dengan sifat lupanya) mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya terhadap apa yang diamanahkan kepadanya. Dengan adanya catatan, manajemen tidak lupa dengan segala sesuatu yang terjadi di perusahaannya, kecuali memang ada kesengajaan untuk melupakan sesuatu untuk suatu kepentingan. Jika sengaja melupakan sesuatu, maka tentu saja akan ada permasalahan di kemudian hari. Wallahu’alam bissawab.

No comments:

Post a Comment