Monday, December 22, 2014

MEREKA PEREMPUAN YANG LUAR BIASA




Perjalanan hari pertama

Selepas mendarat di Soetta, kuayunkan langkah menuju keluar bandara.  Satu per satu sosok laki-laki menghampiriku, menawarkan jasa untuk mengantarkanku ke tempat tujuan. Aku menggeleng perlahan sembari mencari taxi yang kuincar. Tak berapa lama, seorang perempuan menghampiriku,”Ibu nyari taxi??” sapanya ramah. Tersenyum kuanggukkan kepala. “ ayuh, sama saya aja..” senyumnya yang lebar membuat alisku terangkat. “ah yang bener??” jawabku tak percaya. “lho, ibu... itu taksi saya di sana... mari saya bantu angkat tasnya...” dengan sigap ia menarik tasku, sopan.  Masih terheran-heran aku ikuti langkahnya menuju taksi yang dimaksud. Aku sudah bersiap mengeluarkan jurus karateku yang lama kusimpan “tak berguna”.. hehe.. siapa tahu di dalam mobil sudah menunggu sekomplotan rampok yang siap menyekapku... waaahhhh... terlanjur buruk imajinasiku kali ini. Next, aku duduk dengan rapi di taksinya yang nyaman, diiringi musik lembut khas perempuan...
Ia seorang ibu rumah tangga yang terpaksa menggantikan posisi suami mencari nafkah. Sang suami terkena sakit yang membuatnya tidak bisa bekerja memenuhi kebutuhan keluarga. SEBUAH KLISE.  Baru 2 tahun di Jakarta, tapi sudah paham betul seluk beluk Jakarta, karena jam kerja yang tak kenal batas. Rela berpisah dengan anak-anak yang kemudian di dalam asuhan sang ayah.
Setengah jam kemudian, ia sukses mengantarku ke Balai Kartini dengan senyum manisnya. Aku berharap akan menjadi langganan tetapnya di kemudian hari.

Siang di hari pertama

Ruangan kongres sudah dipenuhi orang-orang berdandan ala profesional. Riuh rendah suasana sapa yang khas mengalir memenuhi ruangan. Ajang silaturahim dengan teman lama pun tak kulewatkan, hingga saatnya kemudian sesi acara resmipun dimulai. Sosok seorang ibu yang ramah tampil sejajar dengan pakar-pakar di meja depan. Ibu Khomsiyah, aku mengenal beliau ketika melanjutkan pendidikan S2-ku. Saat itu beliau sedang melanjutkan kuliah S3nya. Tak menyangka, saat ini beliau termasuk salah satu orang yang berpengaruh dalam perkembangan profesi akuntan di Indonesia.

Malam di hari pertama

Seorang teman mengajakku menginap di rumahnya selama acara kongres ini berlangsung. Sesampai di rumahnya, sang istri menyambut kami bertiga (aku dan satu temanku) dengan hangat, menyilakan kami beristirahat di rumahnya.  Seorang perempuan yang bergelar Doktor tapi rela berperan sebagai ibu yang baik bagi anak-anaknya dan istri yang setia mendampingi suami dalam segala kondisi. Seorang dosen yang saat ini rela mengalokasikan sebagian besar waktunya untuk anak-anaknya, di samping tetap menunaikan tugasnya sebagai tenaga pendidik.

Perjalanan di hari kedua

Menikmati kehidupan kota besar. Keluar rumah jam 5 pagi, menghindari macet. Alhasil, macetpun terhindarkan, meskipun jadi peserta nomor wahid yang mengisi daftar hadir hari itu.
Rangkaian acara satu per satu dilalui, hingga pada sesi coffebreak... aku melangkah menuju meja penuh makanan, dan berniat kembali ke meja semula. Tapi ternyata, meja yang sebelumnya kududuki saat itu telah diambil orang lain, hingga memaksaku beralih ke meja yang dipenuhi oleh sekumpulan ibu-ibu. Betapa terkejutnya aku, ketika duduk dan melihat wajah mereka lebih dekat. Aku salah pilih “perkumpulan” nih... bayangkan, ibu-ibu yang aku kira seumuranku, ternyata sudah memiliki garis-garis kerutan di wajah mereka yang menunjukkan bahwa mereka pasti jauh di atasku, luar biasa senior-seniorku kali ini.
Aku sudah berpikir bahwa mereka pasti mendampingi suami mereka di acara kongres akuntan ini. Tebakanku meleset jauh. Justru mereka hadir adalah sebagai peserta kongres. Oooppsss, malu aku jadinya. Dengan percaya diri mereka mengatakan bahwa mereka belum “tua”, sembari mengeluarkan kartu nama mereka satu persatu.  Nomor register keanggotaan mereka yang jauh di atasku, menunjukkan kearifan dan pengalaman yang pastinya juga jauh lebih banyak dibandingkan diriku. Subhanallah, di usia yang berkisar 70-an itu, mereka tetap energik melayani klien dengan ceria. Satu kalimat yang kuingat, yang mereka katakan padaku,”dik, profesi kita sama, kan? makanan kita yang di atas meja ini sama, kan?...  Cuma satu yang berbeda,... ini............” satu persatu mereka mengeluarkan “obat-obatan” vitamin yang menjadi “dopping” mereka selama ini.. sembari tetap bersemangat mengikuti setiap rangkaian acara di hari itu.

Perjalanan Hari Terakhir

Kegiatan Kongres Akuntan sudah berakhir, giliranku pulang sambil menjemput si sulung dari pesantren karena memang saatnya liburan. Di perjalanan menuju pesantren, aku mampir  di sebuah mall dan menyempatkan diri untuk beristirahat di mushola yang ada di mall tersebut. Sosok perempuan dengan ramah menyambutku, menyilakanku menuju tempat wudhu di sana sembari memegang sapu yang digunakannya untuk membersihkan lantai mushola yang kotor.
Ia seumuran denganku, tapi dari tubuhnya ia kelihatan masih berusia 20an, jauh berbeda denganku yang mulai diselimuti lemak di beberapa bagian tubuh heeheehee.... dengan gesit ia mengeringkan lantai mushola yang basah, membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan untuk melaksanakan sholat, menyapa orang-orang dengan ramah, menyiapkan tisu toilet jika sudah habis,... tak kulihat ia duduk bersantai di saat tugasnya.
Mushola mulai sepi, karena memang belum waktunya sholat.  Aku mulai menyapanya. Sembari beristirahat, aku sempatkan berbincang-bincang dengannya. Sang suami bertugas sebagai penjaga malam di sebuah perumahan. Dari tahun 2006, diberi upah 500 ribu saja, dan hingga kini belum pernah mengalami kenaikan. Sementara dua anak mereka semakin hari semakin besar dan kebutuhannya pun semakin meningkat, maka diputuskanlah ia untuk ikut membantu meringankan beban suami dengan menjadi cleaning service di mall tersebut. Beruntung, ia di tempatkan di mushola. Masih ada sebagian pengunjung yang berkenan memberikan infaq shodaqoh untuknya, sebagai tambahan di luar upah bulanannya... sebuah pengorbanan bagi seorang ibu rumah tangga.

Teman,
Aku seorang perempuan, aku seorang anggota masyarakat, aku seorang pengajar, aku seorang anak,  aku seorang istri,  dan aku seorang IBU

“SELAMAT HARI IBU”