Wednesday, November 4, 2009

PAGAR

Bagi sebagian keluarga, pagar merupakan elemen pelengkap penting dari sebuah rumah yang terletak di perkotaan.  Bahkan pagar menjadi suatu kebutuhan mendesak untuk keamanan sebuah rumah tinggal. Bahan yang digunakan untuk pagar dapat berasal dari kayu, besi, atau pagar hidup (tanaman).  Bentuknyapun bermacam-macam, bahkan bahan dan bentuk pagar dapat menunjukkan status ekonomi sebuah keluarga.
Pengalamanku dengan pagar juga bermacam-macam.  Umumnya, aku  berurusan dengan pagar ketika silaturahim, menyampaikan sesuatu, atau ada keperluan lain.  Meski bahan, bentuk dan momen yang berurusan dengan pagar bermacam-macam, tetap ada satu perasaan sama ketika berhadapan dengannya.
Kondisi umum yang ada adalah apabila ketika di balik pagar terlihat ada penghuni rumah, maka terbersit perasaan agak lega saat itu, meski tujuan utama belum tersampaikan.  Perasaan yang berbeda akan muncul, apabila di balik pagar tak nampak satu orang pun. Rasa sungkan mulai menjalar, iya jika pagar tersebut digembok, tandanya si penghuni tidak berada di rumah, tetapi jika pagar tersebut masih menjanjikan keberadaan penghuninya di rumah itu, langkah selanjutnya yang diambil adalah meneriakkan salam jika tidak ada bel di pagar.  Bila penghuni rumah tak kunjung keluar, usaha berikutnya adalah membuka pintu pagar yang tidak digembok tersebut, ada yang membutuhkan tenaga dorong yang luar biasa, tetapi ada juga yang didorong ala kadarnya, umumnya juga diiringi dengan bunyi khas dari gesekan pagar yang dibuka.  Baru setelah itu melangkah masuk dan menemui tantangan kedua, yaitu mengetuk pintu (kalau tidak ada bel) diiringi salam, menemui tuan rumah.
Pagar memang merupakan pembatas yang menunjukkan sejauh mana si pemilik tanah berhak mengelola tanah yang dibatasinya.  Namun tak jarang pagar juga menjadi pemicu keengganan seseorang untuk bersilaturahim ke rumah saudaranya.  Oleh karenanya, ketika kita berniat membangun sebuah pagar untuk pekarangan rumah kita, hendaknya perlu memperhatikan bentuk, bahan, dan kemudahan teknis yang membuat orang nyaman berkunjung ke rumah kita.
Saudaraku, sampai saat ini, rumahku belum berpagar baik depan maupun belakang.  Alhamdulillah, meski tidak tiap hari ada yang berkunjung, tak jarang orang-orang mengetuk pintu rumahku sekedar untuk bertanya, meminta tolong, ataupun memang untuk silaturahim, atau sekedar berteduh.  Sementara, di bagian belakang rumah, tak jarang hewan seperti kucing, ayam, bahkan anjing yang numpang berteduh di teras belakang di saat hujan dan panas yang terik.  Awalnya terasa mengganggu, tapi lama-kelamaan terbiasa juga.  Toh sebenarnya kita hidup di bumi ini juga menumpang kok.

No comments:

Post a Comment